Laporan Kegiatan Khitanan Massal 2014

Alhamdulilah, berkat dukungan dari Bapak/Ibu Donatur, team medis, aparat setempat dan pihak-pihak yang telah dengan rela hati untuk berbagi, kegiatan khitanan massal dapat terselenggara dan berjalan dengan sangat lancar sesuai dengan yang kita rencanakan yaitu pada hari Minggu 21 Desember 2014 bertempat di PAUD/TK Yayasan Bina Pratama Boyolali.

Adapun yang mengikuti acara ini sebanyak 32 anak Yatim piatu & Dhuafa, yang tersebar di daerah Boyolali. dan sekali lagi kami segenap panitia khitanan Massal Yayasan Bina Pratama Boyolali mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya atas bantuan donasi dari semua pihak, atas banyak dukungan dari sponsor, juga donasi  para dermawan sehingga acara ini dapat terlaksana dengan sangat lancar dan sukses. Mudah mudahan setiap donasi mendapat berkah dan diberi dengan sebaik baik balasan dari Allah Swt. Amiinn  

 peserta khitan massal sebanyak 32 anak kurang mampu

proses khitan massal dilakukan oleh tenaga medis profesional

peserta mendapatkan baju koko, peci, sarung dan uang saku
 

BHAKTI SOSIAL : KHITANAN MASSAL 2014

Yayasan Bina Pratama Boyolali Menyelenggarakan bakti sosial khitanan massal secara rutin setiap tahun nya. Di tahun 2014 ini insya Allah bakti sosial khitanan massal bagi anak-anak yang kurang mampu akan di adakan di Kantor/PAUD Bina Pratama yang beralamatkan di dk. Menjing ds. Donohudan Ngemplak Boyolali pada hari minggu 21 Desember 2014 jam 08-00 sampai selesai. Target peserta khitanan massal ini adalah 30 anak. Setiap peserta khitan massal selain di khitan gratis juga akan mendapatkan baju koko, sarung, peci dan saku.

Sangat disadari untuk mewujudkan kegiatan ini tidak bisa lepas  dari peranan pihak lain. Oleh karena itu Yayasan Bina Pratama Boyolali menawarkan satu kerjasama dan membuka tangan selebar-lebarnya bagi para dermawan yang berminat dan berpartisipasi dalam kegiatan ini sebagai donatur.

Berikut adalah estimasi dana yang kami butuhkan :

- Perlengkapan                                              Rp.       760.000,-
    - Konsumsi                                                     Rp.    3.000.000,-                                              
    - Dekorasi                                                       Rp.        200.000,-
    - Dokumentasi                                               Rp.        200.000,-
    - Baju, sarung, peci , saku                             
       ( @250.000 x 30)                                        Rp.     7.500.000,-
    - Sekretariatan                                                Rp.        500.000,-
    - Obat dan bahan habis pakai                    Rp.     2.000.000,-
    - Tim medis (@100.000 x 30 anak)           Rp.     3.000.000,-
    - Hiburan                                                        Rp.         500.000,-
                                    Jumlah                           Rp.   17.660.000,-


Terimakasih atas dukungan dari semua pihak semoga kegiatan bhakti sosial khitanan massal dapat berjalan dengan baik dan lancar serta bermanfaat bagi semua pihak.


 

Menampakan dan Menyembunyikan Amalan

Upaya meningkatkan iman dan takwa (kualitas amalan) seorang hamba, selain membuahkan keikhlasan yang murni, lurusnya niat dan tujuan, baiknya keIslaman dalam diri seorang hamba, juga sikap menyembunyikan amal. Diantara amalan seorang Muslim yang akan mendapatkan ganjaran pahala lebih utama daripada orang mengerjakan amalan tersebut, adalah amalan yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi.

Banyak dalil yang menjelaskan keutamaan beramalan secara sembunyi-sembunyi daripada mengerjakan amalan secara terang-terangan. Hal ini karena menjadi sebab seseorang mengerjakan amalan secara ikhlas, menjauhi dari riya’ (ingin dilihat orang) dan sum’ah (ingin didengar orang), serta sikap menjauhi pujian dari orang lain.

“Jika kamu menampakkan sedekah-sedekahmu, maka itu baik. Dan jika kamu menyembunyikannya dan memberikannya kepada orang-orang fakir, maka itu lebih baik bagimu dan Allah akan menghapus sebagian kesalahan-kesalahanmu. Dan Allah Maha-teliti apa yang kamu kerjakan.” [Qs. Al-Baqarah: 271]

    Ibnu Katsir menafsirkan ayat ini, “Jika kalian menampakan shadaqah kalian maka itu adalah baik sekali berarti jika kalian menampakkannya, maka itulah harta yang paling baik. Sedangkan firman-Nya, jika kalian menyembunyikannya dan kalian berikan kepada orang-orang kafir, maka menyembunyikan itu lebih baik bagi kalian, terkandung dalil bahwa menyembunyikan shadaqah lebih baik daripada menampakkannya, karena hal itu lebih jauh dari riya. Kecuali apabila memang menampakkan shadaqah itu mendatangkan kemaslaha tan, sperti agar orang-orang mengikuti jejaknya. Sehingga menampakkannya lebih baik daripada menyembunyikannnya.

    Pujian dan sanjungan manusia memang terasa cukup manis, tapi ikhlas yang sesungguhnya akan lebih lezat, bagi hamba yang sebenar memilikinya.

    Jika ikhlas itu sebutir biji yang lezat, sangat beruntunglah orang yang diberi anugerah untuk menikmatinya. Namun jika ia menanamnya agar tumbuh, dan kelak banyak orang yang bisa ikut menikmatinya, kelezatan yang terlewatkannya tak akan sirna, bahkan akan didapatinya lebih.

    Menampakkan dan menyembunyikan suatu amal tetaplah suatu pilihan. Menyembunyikannya, agar sempurna kemesraan seorang hamba dengan Rabbnya, berdua semata. Atau menampakkannya, untuk memotivasi orang lain melakukan kebaikan serupa, mengenalkan kebaikan dakwah, memikat hati para mualaf, akhirnya menjadi kemaslahatan bagi umat. Dari keterpaksaan bisa menjadi sebuah latihan. Lantas kemesraan seorang hamba yang melakukannya tak akan terganggu oleh faedah-faedah yang menyertainya.

    Ikhlas yang sejati, tak tergerus oleh sanjungan, tak kusam oleh cacian, ia akan tetap utuh dalam kesendirian maupun keramaian. Dalam persembunyiannya, ia terhindar dari ujub, dalam penampakannya ia terbebas dari riya. Pada keduanya ia tetap merupakan rahasia antara seorang hamba dengan Rabbnya.

    Hati yang jernih yang bisa dengan tepat menentukan kapan suatu amal disembunyikan atau ditampakkan, mana yang lebih besar kemaslahatan bagi dirinya, sesamanya, syiar Islam dan dakwah. Mesti melewati berbagai batu ujian, karena darinya akan didapat tambahan kemuliaan. Tak semua ditampakkan, tak seluruhnya disembunyikan, agar semua sisi hati terasah dengan sempurna, semua bagian-bagiannya terawat sempurna. Karunia terbaik itu berupa kepahaman menentukan kadar yang tepat dalam situasi dan kondisi yang beragam.

    Kesempurnaan dinul Islam, menyeluruh pada semua aspek kehidupan manusia. Di antara amal-amal yang lebih utama ditampakkan atau disembunyikan, terdapat hikmah yang baik bagi manusia dengan berbagai tabiatnya, sesuai dengan fitrah ketika ia tercipta. Baik ketika ia sendiri atau dalam jamaah, syariat senantiasa hadir, tanpa menyisakan kekosongan sedikitpun dalam luasnya relung Islam. Dzikir seorang hamba, qiyamul lail, dan munajatnya adalah contoh suatu amal yang lebih lezat dihidangkan ketika dalam kesendirian. Sedang zakat, dan shalat fardhu sempurna kelezatannya bersama jamaah.

    Dalam sebuah hadits yang panjang, Rasulullah Saw. pernah bersabda, “Tuhanku telah berwasiat kepadaku dengan sembilan perkara, dan aku wasiatkan kepada kalian (untuk melaksanakannya). Tuhanku berwasiat: agar aku berlaku ikhlas, baik secara tersembunyi atau terang-terangan….”

    Ikhlas adalah sebuah perkara yang besar dan harus ada di setiap amal agar amalnya di terima oleh Allah SWT. Apakah itu di lakukan secara sembunyi sembunyi, ataukah secara terang terangan. Walaupun amal yang di lakukan secara sembunyi sembunyi akan lebih selamat. Tapi, jika ia dilakukan dengan terang terangan, dia akan bisa menjadi tauladan bagi orang lain.

    Jadi teruslah beramal tanpa memedulikan kesendirian dan keramaian, sanjungan dan cacian. Jika ada rasa takut ikhlas itu sirna dan hilang, ia akan kembali jua. Tampakkan ketika tampak lebih bermaslahat, sembunyikan jika sebaliknya. Namun pundi-pundi keduanya mesti tetap terisi untuk kesempurnaan nutrisi jiwa, baik yang menjadi simpanan, maupun yang berfaedah untuk mengangkat sesama.

Sumber : dakwatuna.com
 

Nikmatilah SHALATMU...!!!


 "Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu´" 
(QS: Al-Baqarah Ayat: 45)

Ketika adzan mulai berkumandang, tidak sedikit dari umat Islam yang langsung bergegas pergi ke masjid untuk menunaikan shalat. Shalat yang merupakan kewajiban bagi setiap umat Islam, shalat yang dalam agama Islam menempati kedudukan yang tidak dapat ditandingi oleh ibadah lainnya. Shalat merupakan tiang agama, di mana seorang Muslim tidak dapat berdiri kokoh melainkan dengannya.

Akan tetapi, apakah shalat yang selama ini kita lakukan benar-benar merupakan ibadah yang dilakukan secara khusyuk semata-mata karena mengharap ridha Allah? Ataukah hanya sekedar ritual harian belaka yang dalam mengerjakannya kita masih memikirkan hal-hal yang berbau duniawi yang pada akhirnya hanyalah menjadikan shalat sebagai kebiasaan rutinitas saja. Padahal esensi diwajibkannya shalat adalah untuk mengingat Allah dan menjaga diri dari kemungkaran. Sebagaimana dikatakan dalam Alqur’an: Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku (Q.S. Thaahaa [20]: 110) dan … Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan munkar … (Q.S. al-Ankabuut [29]: 45).

Kedua hal tersebut hanyalah bisa didapatkan jika seseorang mampu memahami sekaligus merasakan makna spiritual shalat, biasanya pengetahuan fitrah dalam jiwa dan hatinya akan tersingkap (al-kasyf), sehingga memunculkan gerak kesadaran diri antara hamba dengan Sang Pencipta. Penyingkapan ini akan memungkinkan setiap hamba merasakan satu kenikmatan dalam kesadaran dirinya. Artinya, ia akan menemukan konsep spiritual yang di dalamnya terdapat nilai-nilai yang bisa menyucikan dirinya dari segala kotoran dosa dalam hatinya. Shalat dengan khusyuk tidaklah sulit untuk dikerjakan, akan tetapi yang sulit adalah menguatkan niat dalam hati kita untuk melaksanakan shalat dengan khusyuk.

 Menikmati Shalat..

Kekhusyukan dalam shalat, yang terpenting bukan bagaimana cara kita bisa menangis sesenggukan, melainkan bagaimana caranya agar dengan shalat kita bisa merombak semua perilaku kita sehingga kehidupan kita jauh dari sifat-sifat yang tidak terpuji.

Lantas bagaimana agar shalat kita dapat berpengaruh pada kehidupan sehari-hari? Untuk membuat khusyu dalam shalat, maka nikmatilah shalatmu. Jika seseorang belum dapat menikmati shalat, maka dapat dimungkinkan shalat yang dia lakukan belum masuk dalam tingkatan sempurna atau lebih tegasnya, shalatnya masih berupa gerakan-gerakan tubuh yang tidak mempunyai makna spiritual. Dalam sebuah ayat :
“Maka, celaka bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya, orang-orang yang berbuat riya.” (Q.S. Al-Maa’uun [107]: 4-6).

Dalam ayat-ayat ini Allah mengungkapkan satu ancaman yaitu celakalah orang-orang yang mengerjakan salat dengan tubuh dan lidahnya tidak sampai ke hatinya. Dia lalai tidak menyadari apa yang diucapkan lidahnya dan yang dikerjakannya oleh sendi anggotanya. Ia rukuk dan sujud dalam keadaan lengah, ia mengucapkan takbir tetapi tidak menyadari apa yang diucapkannya. Semua itu adalah hanya gerak biasa dan kata-kata hafalan semata-mata yang tidak mempengaruhi apa-apa, tidak ubahnya seperti robot. Ya Allah ampunilah kami dan jauhkan lah kami dari perkara seperti ini.

 Ini perkara sederhana. Tapi, ini perkara yang cukup banyak melalaikan sebagian orang. Ini perkara penjerumusan modern. Shalat adalah ibadah utama bagi umat islam dan shalat dapat mencegah perbuatan keji dan mungkar. Hal yang tidak bisa ditawar sekalipun kita penawar paling handal. Apakah shalat tepat waktu memberatkanmu? Pertanyaan yang akan membuat sebagian besar orang berfikir dua kali untuk menjawabnya dengan jawaban yang pantas. 

Kalo kita anggap mengerjakan shalat itu hanya sebagai penggugur kewajiban, maka kita akan terburu-buru mengerjakannya. Kalo kita anggap shalat hanya sebuah kewajiban, maka kita tak akan menikmati hadirnya Allah saat kita mengerjakannya.

Coba kita anggap shalat itu sebagai pertemuan yang kita nanti dengan Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Anggaplah shalat itu sebagai cara terbaik tuk bercerita dengan Tuhan kita. Coba shalat itu sebagai kondisi terbaik tuk kita berkeluh kesah dengan Allah. Dan anggaplah shalat itu sebagai tanda seriusnya kita dalam bermimpi.

Bayangkanlah ketika azan berkumandang, tangannya Allah melambai-lambai didepanmu tuk mengajak kau lebih dekat dengan-Nya. Bayangkan ketika kau takbir, Allah melihatmu, Allah senyum untukmu, dan Allah bangga terhadapmu. Bayangkan ketika rukuk, Allah yang menopang badanmu hingga kau tak terjatuh, hingga kau rasakan damai dalam sentuhan-Nya. Bayangkan ketika sujud, Allah mengelus kepalamu, lalu Dia berbisik lembut dikedua telingamu “Aku mencintaimu hambaku.” Bayangkan pula ketika kau duduk diantara dua sujud, Allah berdiri gagah didepanmu, lalu mengatakan “Aku tak akan diam bila ada yang mengusikmu.” Bayangkan ketika kau salam, Allah menjawabnya, lalu kau seperti manusia berhati damai setelah itu. Allahhu Akbar…

Dari sana kau tak akan terburu-buru dalam shalatmu. Kau selalu tak sabar dipertemukan dalam shalat setelah kau mengerjakan shalat. Dari sana kau akan selalu rindu. Kau akan tak rela bila langsung meninggalkan tempat sujudmu

Oya… kita tak akan pernah bisa merasakan keindahan dan kenikmatan sholat itu andai kita  masih mengiyakan pacaran. Kita pun tak akan pernah menjumpai sholat yang menenangkan bila kita masih menjalani zina dan maksiat. Nanti ketika kita telah melepaskan semua itu, jangankan sholat yang tenang, baru azan saja kita bisa menangis. Karena kita merasa pada saat itu Allah telah menantimu, Allah telah siap menyelesaikan semua perkara dalam hidupmu.

Nikmatilah sholatmu. Jangan terburu-buru, jangan pula pada sisa waktu. Spesialkan waktu untuk sholatmu, agar kau dispesialkan oleh Tuhanmu.

Untuk lebih mengingatkan kita akan pentingnya shalat maka tidak ada salahnya apabila kita renungkan baik-baik hadits Rasullullah SAW berikut sebagai motivasi dalam menjalankan ibadah shalat. “Awal amal yang dihisab dari seorang hamba pada hari Kiamat adalah shalat. Jika ia baik, baiklah seluruh amalnya. Sebaliknya jika jelek, jeleklah pula semua amalnya.” (HR Thabrani).

sumber :
alrasikh.uii.ac.id
akifghifari.weebly.com
 

Marhaban Ya Ramadhan


Marhaban Ya Ramadhan ..,
Bulan Ramadhan yang penuh berkah akan menghampiri kita, dimana diwajibkan atas orang-orang yang beriman untuk melaksanakan puasa ramadhan selama satu bulan. Marilah kita sambut dan kita siapkan diri kita sebaik-baiknya untuk melawan dan menghentikan seluruh hawa nafsu dan memperbanyak ibadah kepada Allah SWT.

Yayasan Bina Pratama mengucapkan selamat menunaikan ibadah puasa Ramadhan..


 

Belajarlah IKHLAS meski Sulit...,

Ikhlas itu kata yang mudah diucapkan, tetapi sulit dilaksanakan. Karena itu, kita perlu belajar dan membiasakan diri menjadi mukhlis (orang yang ikhlas).Dari segi bahasa, ikhlas itu mengandung makna memurnikan dari kotoran, membebaskan diri dari segala yang merusak niat dan tujuan kita dalam melakukan suatu amalan.
 
Ikhlas juga mengandung arti meniadakan segala penyakit hati, seperti syirik, riya, munafik, dan takabur dalam ibadah. Ibadah yang ikhlas adalah ibadah yang dilakukan semata-mata karena  Allah SWT.

 Ungkapan “semata-mata karena Allah SWT” setidaknya mengandung tiga dimensi penghambaan, yaitu niatnya benar karena Allah (shalih al-niyyat), sesuai tata caranya (shalih al-kaifiyyat), dan tujuannya untuk mencari rida Allah SWT (shalih al-ghayat), bukan karena mengharap pujian, sanjungan, apresiasi, dan balasan dari selain Allah SWT.
 
Keutamaan Ikhlas, Abu Sa'id Al-Khudriy radiyallahu anhu  meriwayatkan bahwa pada waktu Haji wada', Rasulullah shollallahu alaihi wasallam bersabda:

Semoga Allah mencerahkan orang yang mendengar kata-kataku lalu menjaganya. Betapa banyak orang yang membawa pemahaman, tetapi ia sendiri tidak paham. Tiga hal yang seorang mukmin tidak akan dengki terhadapnya; mengikhlaskan amal kepada Allah, memberikan loyalitas kepada para pemimpin kaum muslimin dan selalu bergabung dengan jamaah mereka.”
 (HR. Al-Bazzar dengan isnad hasan dan Ibnu Hibban dalam kitab shahihnya).

     Hadist diatas memberi pengarahan bahwa ketiga hal diatas dapat memperbaiki hati (menjauhkan dari sifat dengki). Barangsiapa menjadikan ketiganya sebagai akhlak, pasti hatinya akan bersih dari khianat maupun kerusakan.

   Seorang hamba hanya akan akan selamat dari godaan setan dengan keikhlasan. Allah subhanallah  wa ta'ala berfirman,  mengungkapkan pernyataan iblis,

"Kecuali hamba-hamba Mu yang selalu ikhlas" (Shad:83).

Apabila suatu amal telah tercampuri oleh harapan-harapan duniawi yang disenangi diri dan hati manusia sedikit ataupun banyak maka kejernihan amal itu sendiri telah tercemari. Hilanglah pula keikhlasannya. Sulitnya ikhlas dalam setiap amalan atau ibadah digambarkan oleh sebuah pepatah,

"Barang siapa yang sesaat dari umurnya telah dengan ikhlas, hanya mengharap wajah  Allah, pasti ia akan selamat".
 
Beribadah secara ikhlas merupakan dambaan setiap Mukmin yang saleh karena ikhlas mengantarkannya untuk benar-benar hanya menyembah atau beribadah kepada Allah SWT, tidak menyekutukan atau menuhankan selain- Nya.

Sembahlah Allah dan jangan kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun” (QS An-Nisa’ [4]: 36).
 
Jika ikhlas sudah menjadi karakter hati dalam beramal ibadah, niscaya keberagamaan kita menjadi lurus, benar, dan istiqamah (konsisten). (QS Al-Bayyinah [98]: 5). Selain kunci diterima tidaknya amal ibadah kita oleh Allah SWT, ikhlas juga membuat “kinerja” kita bermakna dan tidak sia-sia. Kinerja yang bermakna adalah kinerja yang berangkat dari hati yang ikhlas.

Menurut Imam Al-Ghazali, peringkat ikhlas itu ada tiga. Pertama, ikhlas awam yakni ikhlas dalam beribadah kepada Allah karena dilandasi perasaan takut kepada siksa-Nya dan masih mengharapkan pahala dari-Nya.
 
Kedua, ikhlash khawas,ialah ikhlas dalam beribadah kepada Allah karena dimotivasi oleh harapan agar menjadi hamba yang lebih dekat dengan-Nya dan dengan kedekatannya kelak ia mendapatkan “sesuatu” dari-Nya.
 
Ketiga, ikhlash khawas al-khawas adalah ikhlas dalam beribadah kepada Allah karena atas kesadaran yang tulus dan keinsyafan yang mendalam bahwa segala sesuatu yang ada adalah milik Allah dan hanya Dia-lah Tuhan yang Mahasegala-galanya.
 
Ikhlas merupakan komitmen ter ting gi yang seharusnya ditambatkan oleh setiap Mukmin dalam hatinya: sebuah komitmen tulus ikhlas yang sering dinyatakan dalam doa iftitah. (Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku semata-mata karena Allah Tuhan semesta alam). (QS Al-An’am [6]: 162).
 
Sifat dan perbuatan hati yang ikhlas itu merupakan perisai moral yang dapat menjauhkan diri dari godaan setan (Iblis). Menurut At-Thabari, hamba yang mukhlis adalah orang-orang Mukmin yang benar-benar tulus sepenuh hati dalam beribadah kepada Allah, sehingga hati yang murni dan benar-benar tulus itu menjadi tidak mempan dibujuk rayu dan diprovokasi setan.
 
Ikhlas sejatinya juga merupakan “benteng pertahanan” mental spiritual Mukmin dari kebinasaan atau kesia-siaan dalam menjalani kehidupan. Ibnu Al-Qayyim Al-Jauziyah berujar, “Amal tanpa keikhlasan seperti musafir yang meng isi kantong dengan kerikil pasir. Memberatkannya tetapi tidak bermanfaat.”





Sumber : republika.co.id
 

COBAAN... Dalam Sudut Pandang Islam

Hidup adalah perjuangan”, istilah itulah yang mungkin paling tepat untuk mendeskripsikan makna dari sebuah kehidupan. Maka setiap manusia yagn hidup di dunia ini tidak akan pernah lepas dari berbagai jenis perjuangan. Jika seorang manusia ingin hidup tanpa mau berjuang, maka sama saja ia sedang mengharapkan sebuah kematian untuk menjemputnya.
 
Di dalam ajaran Islam, Allah swt mengatakan di dalam Al Quran bahwa manusia diciptakan tidak lain hanyalah untuk mengabdi/beribadah kepada Allah swt. Artinya, jika ada manusia yang tidak mau beribadah kepada Allah swt maka ia tidak patut untuk hidup. Ibadah kepada Allah swt, itulah perjuangan hidup yang diajarkan di dalam Islam. Islam tidak mengajarkan umatnya untuk bermalas-malasan. Islam mengajarkan umatnya untuk berjuang, karena Islam mengajarkan bahwa Allah swt tidak akan merubah nasib suatu kaum melainkan kaum itu sendirilah yang harus berjuang untuk merubahnya. Sama saja dengan seorang karyawan yang direkrut untuk bekerja, kalau dia tidak mau bekerja maka berhenti saja menjadi karyawan. Satu hal yang identik dengan perjuangan adalah adanya cobaan. Cobaan adalah salah satu bagian dari setiap perjuangan yang tidak dapat dihindarkan, pasti dialami dan dirasakan oleh setiap manusia dalam perjalanan hidup. Cobaan memang terkadang terasa sangat berat, sehingga banyak sekali manusia yang merasa sangat menderita manakala mendapatkan cobaan dari Allah swt. Bahkan ada pula yang nekat mengakhiri hidupnya karena tidak mampu untuk bertahan dengan cobaan yang tengah dialaminya.
 
Umat muslim tidak pantas bersikap demikian. Putus asa dan terjebak dalam duka yang tak berkesudahan bukanlah sifat seorang muslim. Seorang muslim hendaknya senantiasa optimis dan berpikiran positif. Berbaik sangka kepada yang telah memberikan cobaan, yaitu Allah swt adalah jalan terbaik yang diajarkan oleh Islam. Karena sesungguhnya Allah swt akan menjawah sesuai dengan prasangka hamba-Nya. Jika hambanya berprasangka buruk, maka keburukanlah yang akan diterimanya.

Namun, jika hambanya senantiasa berbaik sangka maka Allah swt pun akan memberikan kebaikan kepadanya. Hal ini sebagaimana firman Allah swt di dalam sebuah hadits qudsi yang artinya: “Aku (akan memperlakukan hamba-Ku) sesuai dengan persangkaannya kepadaku.” (HR. Bukhari dan Muslim).Islam telah mengajarkan kepada umatnya bahwa tidak ada sesuatu apapun yang telah diciptakan di dunia ini melainkan pasti ada manfaatnya. Tidak ada yang diciptakan dengan sia-sia, dan tidak ada pula yang diciptakan tanpa tujuan. Allah swt telah memperhitungkannya dengan sangat sempurna. Bahkan Islam mengajarkan bahwa setiap cobaan itu merupakan salah satu bentuk pembersih dari dosa-dosa yang telah diperbuat, cobaan merupakan tanda cinta dari Allah swt. Semakin Allah swt mencintai seorang hamba maka semakin banyak cobaan yang akan diberikan-Nya. Hal itu tidak lain hanyalah untuk semakin meningkatkan rasa cinta dan kedekatan umatnya kepada-Nya.
 
Islam memandang cobaan sebagai suatu pelajaran yang bernilai positif, bukan sebagai satu hal yang negatif. Begitulah kacamata Islam, selalu mengajarkan untuk melihat dengan kacamata positif. Cobaan merupakan gudang hikmah yang sangat berharga. Banyak hikmah yang dapat dipetik melalui sebuah cobaan, di antaranya adalah: Cobaan adalah Pembersih Dalam kacamata Islam, cobaan yang menimpa seorang muslim sebenarnya adalah bukti kasih sayang Allah swt kepada umat-Nya. Karena, dengan cobaan itulah Allah swt akan membersihkan seseorang dari dosa-dosanya yang telah overload. Kalau dosa-dosa tersebut tidak dibersihkan, tentu saja akan mencelakakan manusia tersebut. Pembersihan dilakukan oleh Allah swt untuk mengurangi siksa Allah swt yang pedih di akhirat kelak.
 
Rasulullah saw bersabda: “Orang yang paling banyak mendapatkan ujian/cobaan (di jalan Allah Ta’ala) adalah para Nabi, kemudian orang-orang yang (kedudukannya) setelah mereka (dalam keimanan) dan orang-orang yang (kedudukannya) setelah mereka (dalam keimanan), (setiap) orang akan diuji sesuai dengan (kuat/lemahnya) agama (iman)nya, kalau agamanya kuat maka ujiannya pun akan (makin) besar, kalau agamanya lemah maka dia akan diuji sesuai dengan (kelemahan) agamanya, dan akan terus-menerus ujian itu (Allah Ta’ala) timpakan kepada seorang hamba sampai (akhirnya) hamba tersebut berjalan di muka bumi dalam keadaan tidak punya dosa (sedikitpun)” (HR. At Tirmidzi
 
Penyempurna Keimanan Dalam ajaran Islam, cobaan merupakan salah satu media yang dapat menyempurnakan keimanan seseorang. Karena, kesempurnaan iman dapat dilihat dari keitiqomahannya untuk tetap taat kepada Allah swt baik dalam keadaan senang maupun susah.Rasulullah saw bersabda mengenai bagaimanakah sifat seorang muslim yang sebenarnya, yang artinya: “Alangkah mengagumkan keadaan seorang mukmin, karena semua keadaannya (membawa) kebaikan (untuk dirinya), dan ini hanya ada pada seorang mukmin; jika dia mendapatkan kesenangan dia akan bersyukur, maka itu adalah kebaikan baginya, dan jika dia ditimpa kesusahan dia akan bersabar, maka itu adalah kebaikan baginya.” (HR. Muslim)
 
Mengingatkan Umatnya Islam juga menganggap cobaan sebagai alarm pengingat pesan bagi seluruh umatnya. Dengan cobaan itulah, Allah swt senantiasa mengingatkan manusia bahwa mereka itu adalah makhluk yang lemah, tiada daya dan upaya kecuali atas izin dan kehendak Allah swt. Tidak ada yang patut dibanggakan atau disombongkan.Rasulullah saw telah berfirman yang artinya: “Jadilah kamu di dunia seperti orang asing atau orang yang sedang melakukan perjalanan.” (HR. Bukhari no. 6053) Hadits di atas jelas sekali mengingatkan umat Islam bahwa hidup ini hanyalah ibarat sebuah perjalanan, yang suatu saat pasti akan berakhir atau mencapai tempat tujuannya, yaitu kampung akhirat. Dengan adanya cobaan, maka umat muslim akan senantiasa diingatkan bahwa di dunia ini tidak ada yang kuat dan tidak ada pula yang abadi.

Semua akan kembali kepada Allah swt.


madinahsyariahsupermarket.blogspot.com
 

Merenungkan Sebab Berbagai Bencana di Bumi


Berbagai kebaikan di muka bumi itu karena sebab mentauhidkan Allah dan beribadah pada-Nya. Sedangkan berbagai musibah dan bencana yang datang itu karena sebab perbuatan syirik dan maksiat. 

Inilah yang patut direnungkan ketika kita mendapati musibah yang menimpa diri kita, menimpa keluarga bahkan bangsa kita. Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, 

“Barangsiapa yang merenungkan kejadian-kejadian di muka bumi, maka akan didapati bahwa setiap kebaikan yang ada di bumi itu disebabkan karena mentauhidkan Allah dan ibadah pada-Nya, serta taat pada Rasul-Nya -shallallahu ‘alaihi wa sallam-. Sedangkan segala kejelekan di muka bumi, fitnah (musibah), bencana, kekeringan dan ditindas oleh musuh, itu disebabkan karena menyelisihi perintah Rasul -shallallahu ‘alaihi wa sallam- dan menduakan Allah dalam ibadah (syirik). Barangsiapa yang benar-benar merenungi hal ini, maka akan ia dapati bahwa hal ini bisa terjadi pada diri kita secara khusus, yang lainnya secara umum dan khusus. Wa laa hawla wa laa quwwata illa billah, tiada daya dan upaya melainkan dengan pertolongan Allah.” (Majmu’ Al Fatawa, 15: 25) 

Moga menjadi bahan introspeksi diri … 
Semoga Allah mengampuni dosa-dosa kita, memperbaiki akidah kita dan menyelamatkan kita dari berbagai musibah. Aamiin, Yaa Mujibas Saa-ilin.



http://abdurrohmandotcom.wordpress.com
 
 
Modified : Modified Template By : | Bina Pratama |
Copyright © 2013. Yayasan Bina Pratama Boyolali - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger