Menampakan dan Menyembunyikan Amalan

Upaya meningkatkan iman dan takwa (kualitas amalan) seorang hamba, selain membuahkan keikhlasan yang murni, lurusnya niat dan tujuan, baiknya keIslaman dalam diri seorang hamba, juga sikap menyembunyikan amal. Diantara amalan seorang Muslim yang akan mendapatkan ganjaran pahala lebih utama daripada orang mengerjakan amalan tersebut, adalah amalan yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi.

Banyak dalil yang menjelaskan keutamaan beramalan secara sembunyi-sembunyi daripada mengerjakan amalan secara terang-terangan. Hal ini karena menjadi sebab seseorang mengerjakan amalan secara ikhlas, menjauhi dari riya’ (ingin dilihat orang) dan sum’ah (ingin didengar orang), serta sikap menjauhi pujian dari orang lain.

“Jika kamu menampakkan sedekah-sedekahmu, maka itu baik. Dan jika kamu menyembunyikannya dan memberikannya kepada orang-orang fakir, maka itu lebih baik bagimu dan Allah akan menghapus sebagian kesalahan-kesalahanmu. Dan Allah Maha-teliti apa yang kamu kerjakan.” [Qs. Al-Baqarah: 271]

    Ibnu Katsir menafsirkan ayat ini, “Jika kalian menampakan shadaqah kalian maka itu adalah baik sekali berarti jika kalian menampakkannya, maka itulah harta yang paling baik. Sedangkan firman-Nya, jika kalian menyembunyikannya dan kalian berikan kepada orang-orang kafir, maka menyembunyikan itu lebih baik bagi kalian, terkandung dalil bahwa menyembunyikan shadaqah lebih baik daripada menampakkannya, karena hal itu lebih jauh dari riya. Kecuali apabila memang menampakkan shadaqah itu mendatangkan kemaslaha tan, sperti agar orang-orang mengikuti jejaknya. Sehingga menampakkannya lebih baik daripada menyembunyikannnya.

    Pujian dan sanjungan manusia memang terasa cukup manis, tapi ikhlas yang sesungguhnya akan lebih lezat, bagi hamba yang sebenar memilikinya.

    Jika ikhlas itu sebutir biji yang lezat, sangat beruntunglah orang yang diberi anugerah untuk menikmatinya. Namun jika ia menanamnya agar tumbuh, dan kelak banyak orang yang bisa ikut menikmatinya, kelezatan yang terlewatkannya tak akan sirna, bahkan akan didapatinya lebih.

    Menampakkan dan menyembunyikan suatu amal tetaplah suatu pilihan. Menyembunyikannya, agar sempurna kemesraan seorang hamba dengan Rabbnya, berdua semata. Atau menampakkannya, untuk memotivasi orang lain melakukan kebaikan serupa, mengenalkan kebaikan dakwah, memikat hati para mualaf, akhirnya menjadi kemaslahatan bagi umat. Dari keterpaksaan bisa menjadi sebuah latihan. Lantas kemesraan seorang hamba yang melakukannya tak akan terganggu oleh faedah-faedah yang menyertainya.

    Ikhlas yang sejati, tak tergerus oleh sanjungan, tak kusam oleh cacian, ia akan tetap utuh dalam kesendirian maupun keramaian. Dalam persembunyiannya, ia terhindar dari ujub, dalam penampakannya ia terbebas dari riya. Pada keduanya ia tetap merupakan rahasia antara seorang hamba dengan Rabbnya.

    Hati yang jernih yang bisa dengan tepat menentukan kapan suatu amal disembunyikan atau ditampakkan, mana yang lebih besar kemaslahatan bagi dirinya, sesamanya, syiar Islam dan dakwah. Mesti melewati berbagai batu ujian, karena darinya akan didapat tambahan kemuliaan. Tak semua ditampakkan, tak seluruhnya disembunyikan, agar semua sisi hati terasah dengan sempurna, semua bagian-bagiannya terawat sempurna. Karunia terbaik itu berupa kepahaman menentukan kadar yang tepat dalam situasi dan kondisi yang beragam.

    Kesempurnaan dinul Islam, menyeluruh pada semua aspek kehidupan manusia. Di antara amal-amal yang lebih utama ditampakkan atau disembunyikan, terdapat hikmah yang baik bagi manusia dengan berbagai tabiatnya, sesuai dengan fitrah ketika ia tercipta. Baik ketika ia sendiri atau dalam jamaah, syariat senantiasa hadir, tanpa menyisakan kekosongan sedikitpun dalam luasnya relung Islam. Dzikir seorang hamba, qiyamul lail, dan munajatnya adalah contoh suatu amal yang lebih lezat dihidangkan ketika dalam kesendirian. Sedang zakat, dan shalat fardhu sempurna kelezatannya bersama jamaah.

    Dalam sebuah hadits yang panjang, Rasulullah Saw. pernah bersabda, “Tuhanku telah berwasiat kepadaku dengan sembilan perkara, dan aku wasiatkan kepada kalian (untuk melaksanakannya). Tuhanku berwasiat: agar aku berlaku ikhlas, baik secara tersembunyi atau terang-terangan….”

    Ikhlas adalah sebuah perkara yang besar dan harus ada di setiap amal agar amalnya di terima oleh Allah SWT. Apakah itu di lakukan secara sembunyi sembunyi, ataukah secara terang terangan. Walaupun amal yang di lakukan secara sembunyi sembunyi akan lebih selamat. Tapi, jika ia dilakukan dengan terang terangan, dia akan bisa menjadi tauladan bagi orang lain.

    Jadi teruslah beramal tanpa memedulikan kesendirian dan keramaian, sanjungan dan cacian. Jika ada rasa takut ikhlas itu sirna dan hilang, ia akan kembali jua. Tampakkan ketika tampak lebih bermaslahat, sembunyikan jika sebaliknya. Namun pundi-pundi keduanya mesti tetap terisi untuk kesempurnaan nutrisi jiwa, baik yang menjadi simpanan, maupun yang berfaedah untuk mengangkat sesama.

Sumber : dakwatuna.com
 

Nikmatilah SHALATMU...!!!


 "Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu´" 
(QS: Al-Baqarah Ayat: 45)

Ketika adzan mulai berkumandang, tidak sedikit dari umat Islam yang langsung bergegas pergi ke masjid untuk menunaikan shalat. Shalat yang merupakan kewajiban bagi setiap umat Islam, shalat yang dalam agama Islam menempati kedudukan yang tidak dapat ditandingi oleh ibadah lainnya. Shalat merupakan tiang agama, di mana seorang Muslim tidak dapat berdiri kokoh melainkan dengannya.

Akan tetapi, apakah shalat yang selama ini kita lakukan benar-benar merupakan ibadah yang dilakukan secara khusyuk semata-mata karena mengharap ridha Allah? Ataukah hanya sekedar ritual harian belaka yang dalam mengerjakannya kita masih memikirkan hal-hal yang berbau duniawi yang pada akhirnya hanyalah menjadikan shalat sebagai kebiasaan rutinitas saja. Padahal esensi diwajibkannya shalat adalah untuk mengingat Allah dan menjaga diri dari kemungkaran. Sebagaimana dikatakan dalam Alqur’an: Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku (Q.S. Thaahaa [20]: 110) dan … Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan munkar … (Q.S. al-Ankabuut [29]: 45).

Kedua hal tersebut hanyalah bisa didapatkan jika seseorang mampu memahami sekaligus merasakan makna spiritual shalat, biasanya pengetahuan fitrah dalam jiwa dan hatinya akan tersingkap (al-kasyf), sehingga memunculkan gerak kesadaran diri antara hamba dengan Sang Pencipta. Penyingkapan ini akan memungkinkan setiap hamba merasakan satu kenikmatan dalam kesadaran dirinya. Artinya, ia akan menemukan konsep spiritual yang di dalamnya terdapat nilai-nilai yang bisa menyucikan dirinya dari segala kotoran dosa dalam hatinya. Shalat dengan khusyuk tidaklah sulit untuk dikerjakan, akan tetapi yang sulit adalah menguatkan niat dalam hati kita untuk melaksanakan shalat dengan khusyuk.

 Menikmati Shalat..

Kekhusyukan dalam shalat, yang terpenting bukan bagaimana cara kita bisa menangis sesenggukan, melainkan bagaimana caranya agar dengan shalat kita bisa merombak semua perilaku kita sehingga kehidupan kita jauh dari sifat-sifat yang tidak terpuji.

Lantas bagaimana agar shalat kita dapat berpengaruh pada kehidupan sehari-hari? Untuk membuat khusyu dalam shalat, maka nikmatilah shalatmu. Jika seseorang belum dapat menikmati shalat, maka dapat dimungkinkan shalat yang dia lakukan belum masuk dalam tingkatan sempurna atau lebih tegasnya, shalatnya masih berupa gerakan-gerakan tubuh yang tidak mempunyai makna spiritual. Dalam sebuah ayat :
“Maka, celaka bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya, orang-orang yang berbuat riya.” (Q.S. Al-Maa’uun [107]: 4-6).

Dalam ayat-ayat ini Allah mengungkapkan satu ancaman yaitu celakalah orang-orang yang mengerjakan salat dengan tubuh dan lidahnya tidak sampai ke hatinya. Dia lalai tidak menyadari apa yang diucapkan lidahnya dan yang dikerjakannya oleh sendi anggotanya. Ia rukuk dan sujud dalam keadaan lengah, ia mengucapkan takbir tetapi tidak menyadari apa yang diucapkannya. Semua itu adalah hanya gerak biasa dan kata-kata hafalan semata-mata yang tidak mempengaruhi apa-apa, tidak ubahnya seperti robot. Ya Allah ampunilah kami dan jauhkan lah kami dari perkara seperti ini.

 Ini perkara sederhana. Tapi, ini perkara yang cukup banyak melalaikan sebagian orang. Ini perkara penjerumusan modern. Shalat adalah ibadah utama bagi umat islam dan shalat dapat mencegah perbuatan keji dan mungkar. Hal yang tidak bisa ditawar sekalipun kita penawar paling handal. Apakah shalat tepat waktu memberatkanmu? Pertanyaan yang akan membuat sebagian besar orang berfikir dua kali untuk menjawabnya dengan jawaban yang pantas. 

Kalo kita anggap mengerjakan shalat itu hanya sebagai penggugur kewajiban, maka kita akan terburu-buru mengerjakannya. Kalo kita anggap shalat hanya sebuah kewajiban, maka kita tak akan menikmati hadirnya Allah saat kita mengerjakannya.

Coba kita anggap shalat itu sebagai pertemuan yang kita nanti dengan Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Anggaplah shalat itu sebagai cara terbaik tuk bercerita dengan Tuhan kita. Coba shalat itu sebagai kondisi terbaik tuk kita berkeluh kesah dengan Allah. Dan anggaplah shalat itu sebagai tanda seriusnya kita dalam bermimpi.

Bayangkanlah ketika azan berkumandang, tangannya Allah melambai-lambai didepanmu tuk mengajak kau lebih dekat dengan-Nya. Bayangkan ketika kau takbir, Allah melihatmu, Allah senyum untukmu, dan Allah bangga terhadapmu. Bayangkan ketika rukuk, Allah yang menopang badanmu hingga kau tak terjatuh, hingga kau rasakan damai dalam sentuhan-Nya. Bayangkan ketika sujud, Allah mengelus kepalamu, lalu Dia berbisik lembut dikedua telingamu “Aku mencintaimu hambaku.” Bayangkan pula ketika kau duduk diantara dua sujud, Allah berdiri gagah didepanmu, lalu mengatakan “Aku tak akan diam bila ada yang mengusikmu.” Bayangkan ketika kau salam, Allah menjawabnya, lalu kau seperti manusia berhati damai setelah itu. Allahhu Akbar…

Dari sana kau tak akan terburu-buru dalam shalatmu. Kau selalu tak sabar dipertemukan dalam shalat setelah kau mengerjakan shalat. Dari sana kau akan selalu rindu. Kau akan tak rela bila langsung meninggalkan tempat sujudmu

Oya… kita tak akan pernah bisa merasakan keindahan dan kenikmatan sholat itu andai kita  masih mengiyakan pacaran. Kita pun tak akan pernah menjumpai sholat yang menenangkan bila kita masih menjalani zina dan maksiat. Nanti ketika kita telah melepaskan semua itu, jangankan sholat yang tenang, baru azan saja kita bisa menangis. Karena kita merasa pada saat itu Allah telah menantimu, Allah telah siap menyelesaikan semua perkara dalam hidupmu.

Nikmatilah sholatmu. Jangan terburu-buru, jangan pula pada sisa waktu. Spesialkan waktu untuk sholatmu, agar kau dispesialkan oleh Tuhanmu.

Untuk lebih mengingatkan kita akan pentingnya shalat maka tidak ada salahnya apabila kita renungkan baik-baik hadits Rasullullah SAW berikut sebagai motivasi dalam menjalankan ibadah shalat. “Awal amal yang dihisab dari seorang hamba pada hari Kiamat adalah shalat. Jika ia baik, baiklah seluruh amalnya. Sebaliknya jika jelek, jeleklah pula semua amalnya.” (HR Thabrani).

sumber :
alrasikh.uii.ac.id
akifghifari.weebly.com
 
 
Modified : Modified Template By : | Bina Pratama |
Copyright © 2013. Yayasan Bina Pratama Boyolali - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger